Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 bisa jadi
merupakan momok yang menakutkan bagi beberapa kalangan. Misalnya ada
kekhawatiran bahwa lahan nafkah hidupnya akan diambil pendatang yang
berasal dari luar Indonesia.
Fenomena seperti semakin banyak orang Indonesia berobat ke Singapura
atau Malaysia sehingga kemudian sering menimbulkan pertanyaan, bagaimana
dengan kualitas rumah sakit di Indonesia, apakah dokternya kurang ahli?
Atau memang kualitas pelayanan yang belum memenuhi standar? Atau bahkan
kurang lincahnya kita melakukan promosi sehingga produk dan jasa tidak
dikenal?
Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa tersebut masih relevan dalam
zaman sekarang ini. Untuk memperkenalkan diri supaya lebih dikenal,
diperlukan taktik jitu membangun merek baik pribadi maupun organisasi.
Namun terlebih dahulu, ada baiknya kita pahami arti merek sesungguhnya.
AMA (American Marketing Association) mendefinisikan merek sebagai nama,
terminologi, tanda, simbol yang menjadi penciri produk atau jasa yang
ditawarkan. Merek juga berfungsi sebagai pembeda dengan produk atau jasa
yang ditawarkan oleh pesaing (Keller, K., 2003).
Menghadapi persaingan bebas dengan para pendatang saat MEA tahun
2015, bagaimana agar merek Indonesia, entah produk atau jasa bisa
dikenal, tidak hanya oleh pasar dalam negeri namun juga oleh luar negeri
sehingga mampu bersaing dengan para pendatang asing?
Pertama yang perlu dilakukan adalah meyakini bahwa merek produk atau
jasa yang kita tawarkan harus sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran.
Selanjutnya kita harus memiliki arti dari merek yang akan ditanamkan
secara kuat di benak konsumen. Misalnya mengacu kepada kekhawatiran
dokter Indonesia tersebut diatas, kompetensi pribadi sebagai sebagai
seorang dokter yang memiliki keahlian spesialisasi perlu disampaikan
kepada masyarakat yang merupakan calon pasien.
Hal yang lebih penting sebagai dasar dari membangun merek adalah kita mampu menjawab apa yang ditanyakan oleh konsumen, yakni ‘Who we are?’
Identitas merek yang ingin kita tampilkan sehingga segera dikenali oleh
pemakai produk atau jasa kita. Misalnya pasar sasaran mengenal kita
sebagai ahli pemasaran, atau ahli sistem teknologi informasi.
Tidak cukup hanya identitas merek yang perlu dimiliki namun juga arti atau nilai sebagai merek (Who we are).
Misalnya, setelah dikenal sebagai ahli dalam kompetensi tertentu, kita
memiliki merek yang memberi arti misalnya Ayam Goreng Ny. Suharti,
dikenal sebagai ahli dalam meracik resep ayam goreng yang terkenal lezat
dan renyah. Lambat laun Ny. Suharti, nama sang pendiri, menjadi merek
yang memberi arti masakan khusus ayam goreng tradisional Indonesia yang
lezat dan renyah.
Sebagai pemilik merek, kita tidak cukup hanya berhenti di tahap ini,
namun untuk langgengnya merek di benak konsumen perlu dirancang
penelitian mengenai tanggapan pasar sasaran terhadap merek kita (What about you? What do I think or feel about you?). Apakah
setelah mereka menikmati ayam goreng Ny. Suharti ada perasaan puas
sehingga ada keterikatan emosi yang menyebabkan selalu mencari Ny.
Suharti jika ingin menikmati ayam goreng tradisional.
Tahap paling akhir untuk membangun merek, perlu dibangun hubungan yang semakin mempererat merek dengan pasar sasaran (What about you and me? What kind of association and how much of a connection would I like to have with you?).
Asosiasi Ny. Suharti dengan pelanggannya telah terbangun dengan
berbagai program, misalnya selama bulan puasa menyediakan menu ta’jil
sebagai pembuka puasa.
Keempat konsep yang dikemukakan di atas disebut sebagai ‘branding ladder’ untuk membangun merek (Keller, K., 2003). Istilah ‘ladder’
(baca: jenjang) memberikan pengertian bahwa tahap demi tahap konsep
perlu dilakukan. Tidak dapat meloncat ke tahap akhir sebelum melalui
tahap awal.
Keempat konsep dapat diaplikasikan dalam organisasi maupun pribadi.
Bila kita mengetahui cara membangunnya, maka tidak mungkin kita mampu
bersiang dengan para pendatang dari luar Indonesia saat MEA 2015
diberlakukan. Tidak ada ketakutan lagi, sebaliknya menjadi pemicu agar
kta semakin bertambah baik. Semangat!(*)
Penulis: Dr. Pepey Riawati Kurnia. Staf Profesional dan Koordinator RC-CCH (Research Center and Case Clearing House) di PPM School of Management.
-
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015
December 24, 2014 0
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015HPMW December 24, 2014
You might also like
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments:
Post a Comment